Kain Tradisional Jadi Gaya Busana lewat Bali Fashion Trend

Kuta - Keunikan kain tradisional  berpadu desain terkini diharapkan menjadi gaya  busana masyarakat di  masa mendatang, mengingat perkembangan mode dunia saat ini lebih mengarah ke kawasan Asia.

 

"Kami menawarkan identitas budaya yang kami punya tapi tetap dikemas secara global," kata Indonesia Fashion Chamber (IFC) Denpasar  Dewa Made Weda Githapradana di Seminyak Kuta Kabupaten Badung, Minggu (29/4/2018).

 

Menurut Dewa, kain-kain tradisional seperti tenun akan lebih ditonjolkan dengan menggabungkan konsep desain gaya Barat atau tren mode, yang saat ini lahir di negara barat dalam pagelaran busana Bali Fashion Trend.

 

Karya busana itu menghasilkan gaya ekletik atau pencampuran desain dari beberapa periode waktu seperti klasik, modern, kontemporer atau tradisional yang dipercaya memiliki nilai tambah. "Indonesia dan Bali khususnya memiliki potensi besar di bidang kreatif untuk 'fashion' dan kami mampu bersaing dengan desainer nasional dan dunia," sebut perancang busana muda itu.

 

Ia optimistis, gaya busana dengan sentuhan tradisional atau tradisi budaya akan tetap menjadi tren di tahun mendatang. Apalagi pemerintah daerah dan kalangan swasta mengakomodasi penggunaan busana, misalnya kain tenun khas Bali atau "endek" menjadi busana wajib bagi para pegawai.

 

Sementara itu, mengenai tren warna busana tahun mendatang, perancang busana kelahiran Singaraja tersebut memprediksi, warna unggu dan biru laut akan menjadi gaya dalam berbusana. Sebab, dua warna itu identik dengan eksotisme dunia Timur.

 

Dalam tahun keempat pergelaran busana tersebut, lanjutnya akan menghadirkan karya 40 desainer dari seluruh Indonesia, untuk mempersembahkan perkiraan tren busana 2019.

 

Pergelaran busana Bali Fashion Trend pada tahun ini mengangkat tema "Look to the East", yang menonjolkan kekayaan budaya Timur dalam ajang mode yang berlangsung di TS Suites Seminyak 11 - 13 Mei 2018 mendatang. (Jr.)**