Bandung – Dinas Pendidikan Kota Bandung telah memulai melakukan trauma healing bagi siswa termasuk orangtua siswa, yang melihat langsung kejadian pembunuhan guru di SDN 032 Tilil Kota Bandung.
Trauma Healing digelar sejak Rabu 9 Februari 2022 kemarin, bertujuan memberikan penyembuhan pasca-kejadian yang kurang baik.
Dalam pelaksanaannya, Disdik Kota Bandung menggandeng Pandawa-Ngabandungan berkolaborasi dengan Puspaga, sebagai leading sektor kegiatan yang melibatkan konselor psikolog dan pegiat aksi social Uncle Teebob.
Sub-Koordinator Peserta Didik dan Kelembagaan bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kota Bandung Risman Al Isnaeni menyatakan, trauma healing dilakukan demi mengembalikan kepercayaan, penyembuhan kepada para guru, orangtua dan siswa yang sempat melihat aksi kejam lalu.
Trauma healing dilakukan secara bertahap. Pada hari pertama diberikan untuk orangtua dan siswa, sedangkan hari kedua bagi para pendidik dan tenaga kependidikan di SDN 032 Tilil.
“Pendampingan ini untuk semua entitas di SDN 032 Tilil,” kata kata Risman, Rabu 9 Februari 2022.
Di hari pertama difokuskan untuk siswa dan orangtua, dilanjut bagi guru. Disdik juga berkordinasi dengan Puspaga, Pandwa-Ngabandungan.
Terkait hal itu, Ketua Puspaga Kota Bandung Siti Muntamah Oded ikut-serta dalam kegiatan program trauma healing itu.
Menurutnya, trauma healing ini merupakan bentuk kepedulian Pemkot Bandung untuk memberikan pemulihan kepada warga sekolah, agar semua bisa mendapakan kembali rasa nyaman, bahagia di lingkungan sekolah.
Diharapkan, para orangtua bisa benar-benar pulih dan tidak ada rasa trauma serta dikuatkan. Saat penguatan orangtua siswa baik, maka akan menularkan kepada anak-anaknya.
“Alhamdulillah dilakukan konseling healing orangtua, agar obat yang disampaikan (pendampingan) bisa membangun kembali kebahagiaan. Anak-anak pun ikut bahagia,” kata Siti Muntamah.
Sementara itu Kepala Sekolah SDN 032 Tilil Osa menyatakan, kegiatan trauma healing atau pendampingan ini akan berlanjut hingga warga sekolah yang terlibat benar-benar tenang.
Sebagai antisipasi, kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) pun dihentikan, dan diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Kejadian ini sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar, sehingga PTMT dialihkan secara PJJ selama dua pekan.
“Semoga proses penyembuhan guru, orangtua serta siswa berjalan lancar,” ungkap Osa.
Diketahui, sedikitnya 26 siswa dan orangtua hadir mengikuti kegiatan trauma healing itu dengan antusias.
Pemberian healing dibagi menjadi dua tim, yakni bagi orangtua dan siswa yang diberi pendampingan oleh tim Puspaga, Pandawa serta konselor psikologis.
Langkah awal para orangtua diminta untuk mengisi kuisioner yang diberikan oleh tim pendampingan. Berupa beberapa pertanyaan terkait sikap dan tingkah laku anak setelah kejadian.
Kemudian dibagi menjadi beberapa tim untuk mendapatkan konsultasi lebih lanjut.
Sedangkan bagi siswa, penyembuhan melalui bermain yang bisa mengembalikan kebahagiaan.
Diawali dengan tepuk semangat dan permainan anak-anak, yang bisa mengundang rasa senang dan tawa di lapangan sekolah serta di kelas.***
Discussion about this post