Cape Town – Puluhan orang dilaporkan hilang akibat banjir dan tanah longsor, yang dipicu hujan deras selama berhari-hari di wilayah Afrika Selatan.
Banjir tersebut membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal, memutus aliran listrik dan pasokan air bersih serta mengganggu operasional salah satu pelabuhan tersibuk di Afrika.
Dilansir Reuters, Senin 18 April 2022 Premier Provinsi KwaZulu-Natal, Sihle Zikalala melaporkan, sedikitnya 443 tewas akibat banjir dan tanah longsor tersebut.
Zikalala juga menyebutkan, sekitar 63 orang lainnya masih belum diketahui keberadaannya atau dilaporkan hilang.
Di beberapa area yang terdampak parah, warga setempat mengaku takut hanya memikirkan peluang turunnya kembali hujan deras.
Beberapa menghadapi penantian yang menyakitkan untuk kabar soal orang-orang tercinta mereka yang masih hilang.
“Kami tidak kehilangan harapan. Meski kami terus-menerus khawatir ketika hari beranjak,” katar seorang warga desa Sunshie di wilayah eThekwni, Sbongile Mjoka, yang keponakannya berusia 8 tahun dilaporkan hilang berhari-hari.
“Kami trauma melihat guyuran hujan,” akunya sembari menuturkan, rumahnya mengalami rusak parah.
Seorang pejabat provinsi setempat memperkirakan, total kerusakan infrastruktur akibat banjir dan longsor ini mencapai lebih dari 10 miliar Rand (sekitar Rp 9,7 triliun).
Kantor Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam pernyataannya mengumumkan, penundaan kunjungan kerja ke Arab Saudi untuk fokus pada penanganan bencana di negaranya.
Ramaphosa akan bertemu jajaran menteri kabinetnya untuk menilai respons terhadap situasi krisis terkini.
Sementara itu Zikalala dalam pernyataan yang disiarkan televisi setempat menyebut, banjir yang melanda wilayahnya merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah.
“Kita perlu mengumpulkan keberanian kolektif kita dan mengubah kehancuran ini menjadi peluang untuk membangun kembali provinsi kita,” tegasnya.
“Warga KwaZulu-Natal akan bangkit dari kekacauan itu,” lanjut Zikalala.***
Discussion about this post