Sumedang – Merosotnya harga umbi porang dan tidak adanya kepastian pasar belakangan ini, membuat para petani seperti yang terjadi di wilayah Kabupaten Sumedang dibuat galau.
Hal itu menyusul harga umbi porang (iles – amorphophallus muelleri) semakin tak menentu dan merosot tajam.
Di tingkat bandar umbi porang misalnya, harganya hanya laku Rp 2.000 per kilogram. Itupun untuk umbi porang dengan kualitas bagus.
“Pada April – Juni merupakan puncak panen umbi porang. Namun saat ini harganya sedang tidak bagus, atau hanya dihargai Rp 2.000.kg,” kata petani porang di wilayah Tanjunghurip Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang.
Padahal katanya, tahun lalu harga umbi porang sangat tinggi, yakni bisa mencapai kisaran Rp 8.000 – Rp 15.000 per kilogram.
Mengenai merosotnya harga umbi porang saat ini, para petani pun tidak mengetahui secara pasti.
Namun berdasarkan informasi yang tersampaikan dari mulut ke mulut, ada yang menyebutkan pabrik pengolahan porang yang biasa menerima pasokan belum buka (terima order).
Selain itu, alasan lainnya karena hampir semua wilayah penghasil porang sedang melakukan panen raya.
Akibat merosotnya harga umbi porang, pada akhirnya sebagian besar dari petani terpaksa menunda waktu panen.
Alhasil, dari umbi porang yang sudah siap panen tersebut, sudah ada yang mulai tumbuh tunas, bahkan mengeluarkan bunga.
“Harga saat ini tidak sepadan dengan dengan biaya produksi. Karena itu saya lebih memilih untuk tidak memanennya,” ungkap para petani.
Tanaman itu dibiarkan saja, sampai harganya bagus. “Toh tidak dipanen juga umbinya tidak bakal hilang, kecuali jika ada yang mencuri,” katanya.
Namun demikian, mereka berharap pemerintah bisa membantu kesulitan yang dialaminya tersebut.
Apalagi mereka mengaku termotivasi oleh gembar-gembor pemerintah yang mengatakan, jika umbi porang itu merupakan komoditas ekspor yang menjanjikan.
“Namun sekarang ini, fakta yang ada malah nggak laku. Untuk itu, pemerintah harus ikut bertanggung jawab,” tegasnya.***
Discussion about this post