Jakarta – Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkap, terkait dua kali gempa susulan berkekuatan Magnitudo 5,7 di Laut Flores, Sabtu kemarin.
Menurut Daryono, gempa yang terjadi pada kemarin siang tersebut disebabkan adanya pergeseran sesar aktif yang berada di bawah laut.
Episenter gempa pertama terletak pada koordinat 7,65° lintang selatan (LS) dan 122,43° bujur timur (BT), tepatnya di Laut Flores dengan kedalaman 11 km.
“Sementara gempa kedua berkekuatan M 5,2 yang terjadi Minggu 24 Juli sekitar pukul 13.46 WIB, episenternya terletak pada koordinat 7,57° lintan selatan (LS) dan 122,45° bujur timur (BT), juga berpusat di Laut Flores dengan kedalaman 12 km,” kata Daryono, Minggu 24 Juli 2022.
Ia mengatakan, jarak antara gempa yang pertama dan kedua tidak terlalu berjauhan, yakni sekitar 4,2 kilometer.
Apalagi, pada gempa di Laut Flores berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tersebut merupakan jenis gempa dangkal.
“Kedua gempa itu memiliki perbedaan mekanisme sumber. Gempa pertama memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip), tetapi gempa kedua memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” katanya.
Meski demikian katanya, melihat lokasi episenternya titik gempa terletak pada jalur sumber gempa Sesar Naik Flores (Flores Back-Arc Thrusting).
Namun, lebih ke arah utara dari sumber gempa yang sudah banyak dikenal oleh para ahli kebumian.
Ia menjelaskan, gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di Pulau Kalaotoa di Kep. Selayar, Ende, Maumere, Larantuka, Lewoleba dalam skala intensitas III MMI dimana getaran dirasakan warga seakan-akan truk berlalu.
Beberapa warga sempat lari berhamburan keluar rumah, saking terkejut karena guncangan terjadi secara tiba-tiba.
Daryono meminta masyarakat tidak perlu khawatir. Gempa dalam eskalasi kecil biasanya jarang akan terjadi gempa susulan besar ataupun ancaman tsunami.
“Hasil pemodelan menunjukkan, gempa itu tidak berpotensi tsunami karena kekuatannya relatif kecil, dan belum mampu menimbulkan deformasi dasar laut yang dapat menimbulkan gangguan kolom air laut (tsunami),” lanjutnya.***
Discussion about this post