Bandung – Eksplorasi secara jor-joran tambang kapur terjadi di kawasan Bentang Alam Karst (KBAK), tepatnya di Pegunungan Sanghyang wilayah Desa Citatah dan Cipatat Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
Aktivis lingkungan dari Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC) Deden Syarif Hidayat menyatakan, sejumlah perusahaan besar mulai melakukan ekspansi kegiatan penambangan ke pegunungan Sanghyang.
Berdasarkan informasi, perusahaan yang melakukan penambangan di kawasan pegunungan Sanghyang antara lain di kaki Gunung Cibalukbuk, kawasan Gunung Guha dan di Gujung Sanghyang Lawang.
Padahal katanya, berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Republik Indonesia Nomor 1830 K/40/MEM/2018, pegunungan Sanghyang masuk daerah lindung Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Citatah.
“KBAK itu berada di Sanghyang, seharusnya jadi pusat perhatian Pemkab Bandung Barat. Mestinya, begitu terbit Permen KBAK ditindaklanjuti dengan membuat definisi, atau garis batas,” ungkap Deden Syarif, Rabu 28 Juli 2022.
Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) tepatnya di Pegunungan Sanghyang wilayah Desa Citatah dan Cipatat Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. /dok. blogger*
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Republik Indonesia Nomor 1830 K/40/MEM/2018 menetapkan, luas KBAK sekitar 39 hektar.
“Area itu harusnya memiliki batas yang jelas agar tidak diekspansi tambang. Titiknya harus jelas sehingga tidak terkena ekspasi kegiatan penambangan. Memang dalam aturan tertuang titik koordinatnya, tapi kan masyarakat tidak tahu,” tegas Deden.
Ia menyatakan, penetapan KBAK seharusnya ditindaklanjuti dengan peraturan lain. Misalnya penetapan dari hasil kajian kawasan cagar alam geologinya, dan Permen lanjutan terkait penetapan kawasan Geoheritage.
Berdasarkan pantauan, penambangan dilakukan dengan menggunakan sejumlah alat berat. Penggalian pun dilakkan mulai dari kaki gunung hingga ke puncaknya.
Oleh karena itu, warga khawatir kegiatan penambangan itu bisa menimbulkan kerusakan lingkungan. Seperti memicu terjadinya longsor batu.
“Kami warga Desa Ciptaharja khawatir jika terjadi longsor. Belum lagi, ancaman kekeringan karena kawasan pegunungan itu menjadi sumber air bagi warga,” kata Apep warga Kampung Sirnagalih Desa Ciptaharja.***
Discussion about this post