Bandung – Seorang yang mengaku ahli waris mengelas gerbang SD Negeri Bunisari di Desa Gadobangkong Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.
Akibatnya, ratusan siswa tak bisa masuk ke sekolah mereka, dan aktivitas belajar mengajar pun lumpuh.
Aksi penguncian gerbang masuk ke sekolah tersebut disebabkan persoalan lahan, yang diklaim milik ahli waris atas nama Nana Rumantana.
Lahan seluas 700 meter persegi itu ditempati ruang kelas yang dipergunakan belajar oleh siswa kelas 1 (A, B, C), kelas 2 (A, B, C), serta kelas 4 (A, B, C) dengan total ruangan 9 kelas.
Di pintu gerbang masuk sekolah yang digembok ahli waris itu pun terdapat surat pengumuman.
Pengumuman itu menerangkan surat keterangan kepala desa nomor 100/387/2009.DS/IX/Pem, berdasarkan akta jual beli Nomor 73/pdl/1970 tanggal 20 Januari 1970 yang dikeluarkan oleh PPATS/Camat Kecamatan Padalarang Sutisna Ariana.
Menyebutkan, objek tanah seluas kurang lebih 700 meter persegi Nomor Pasal 89 kelas D II Nomor Cohir 1390 Blok Cimareme dengan batas sebelah utara SD Bunisari, sebelah timur dengan solokan, sebelah selatan dengan usup dan sebelah barat dengan Winata, adalah milik Nana Rumantana dan bukan tanah aset milik Pemerintah Desa Gadobangkong.
“Aksi penutupan gerbang masuk ke sekolah itu tanpa ada pemberitahuan lebih dulu dari ahli waris. Jadi tadi pagi pas siswa mau belajar nggak bisa,” kata Guru Agama SD Bunisari Muhamad Satori, Senin 8 Agustus 2022.
Ia mengatakan, lahan yang disengketakan itu awalnya milik SD Negeri Lengensari. Namun sejak tahun 2020 sudah dimerger dengan SD Negeri Bunisari yang berada satu kompleks.
Lahan yang ditempati oleh SD Negeri Bunisari seluas 970 meter persegi, sedangkan yang disengketakan dan diklaim oleh ahli waris 700 meter persegi.
“Karena siswa tidak bisa masuk ke sekolah, maka aktivitas belajar mengajar untuk sementara dihentikan.
“Opsinya sekolah dilakukan giliran di ruangan kelas tersisa yang masih bisa dipakai sebanyak 8 kelas,” tegas Satori. Ia menambahkan, total siswa di selolahnya ada 600 siswa.
Sementara orangtua siswa Karmini (35) mengaku kaget saat mengantar anaknya sekolah tapi tidak bisa masuk, karena akses masuk ke ruang kelas yang ada di bagian belakang sekolah ditutup.
Kondisi itu sangat disayangkan karena anaknya dan ratusan siswa lainnya tidak bisa melaksanakan pembelajaran, sehingga terpaksa harus pulang lagi.
“Nggak tau ini ditutupnya kapan, minggu kemarin masih belajar, tapi sekarang mau masuk sudah nggak bisa. Kasihan padahal anak lagi semangat untuk sekolah,” keluhnya. ***
Discussion about this post