Teheran – Imbas kematian perempuan muda Iran, Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral yang menegakkan peraturan jilbab ketat terus memanas, hingga Minggu 19 September waktu setempat.
Tagar #MahsaAmini pun masih menjadi trending di Twitter berbahasa Persia, di tengah kemarahan warga Iran atas kematian Amini.
Diketahui, Amini (22) mengalami koma lalu meninggal pada Jumat 16 September setelah ditangkap di Teheran awal pekan ini dalam penertiban aturan berhijab.
Kasus tersebut menyoroti perhatian pada hak-hak perempuan di Iran.
Dikutip dari theguardian, sejumlah video yang tersebar tampak ratusan demonstran berkumpul pada hari Minggu sekitar Universitas Teheran. Massa meneriakkan “Perempuan, Kehidupan, Kebebasan”.
Tangkapan layar rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan, para perempuan di Saghez membuka hijab mereka untuk memprotes meninggalnya Amini.
Sedikitnya lima orang warga terbunuh dalam aksi protes pasca-meninggalnya Mahsa Amini. /dok. AFP/Getty Images*
“Pihak berwenang mengatakan, putri saya mengalami kondisi medis kronis. Saya pribadi membantah klaim itu karena putri saya fit dan tak punya masalah kesehatan,” kata ayah Amini kepada situs berita Emtedad yang pro-reformasi.
Polisi pun menolak kecurigaan yang dilayangkan para pengguna internet di Iran yang menuduh, bahwa Amini tewas karena disiksa.
Polisi menyatakan, Amini jatuh sakit dan terkena serangan jantung mendadak saat sedang menunggu di fasilitas ‘dididik’ bersama tahanan perempuan lainnya.
Diketahui berdasarkan hukum syariah di Iran yang diberlakukan setelah revolusi 1979, perempuan wajib menutupi rambut mereka dan mengenakan busana longgar yang menutupi seluruh tubuh.
Pelanggarnya terancam ditegur, didenda atau ditangkap. Namun belakangan, para aktivis mendesak para perempuan untuk melepas jilbab di tengah penindakan keras pemerintah terhadap “perilaku yang tak bermoral itu”.***
Discussion about this post