Bandung – Dua fenomena supermoon menghiasi langit di bulan Agustus 2023. Salah satunya, membuka awal bulan ini, tepatnya di tanggal 1 Agustus 2023 dan supermoon kedua akan terjadi di akhir bulan, yakni 31 Agustus 2023.
Namun demikian, Supermoon mulai tampak dan bisa kita nikmati mulai Senin 31 Juli 2023 malam ini, hingga Selasa 1 Agustus 2023 dinihari nanti.
Saat kemunculannya, Bulan akan tampak cerah indah di langit malam, dan akan menjadi tontonan menarik yang bisa dilihat dengan mata telanjang.
Supermoon terjadi di perigee, yakni titik di orbit Bulan yang paling dekat dengan Bumi. Bulan purnama perigee tampak sedikit lebih terang dan lebih besar dari rata-rata bulan purnama, sehingga dikenal oleh sebagian orang sebagai supermoon.
Namun, secara umum para astronom cenderung tidak menggunakan istilah itu, kemungkinan karena asal-usul astrologi istilah supermoon itu sendiri.
Astronom punya nama tersendiri untuk supermoon, yakni Bulan syzygy perigee.
Dikutip dari Sky at Night, supermoon terjadi saat Bulan purnama bertepatan dengan jarak terdekat Bulan ke Bumi di sepanjang orbitnya.
Terdapat 12 atau 13 Bulan purnama pada setiap tahun. Namun, karena orientasi orbit Bulan, tidak setiap Bulan purnama adalah supermoon. Demikian pula sebaliknya, tidak setiap Bulan purnama adalah gerhana Bulan.
Bulan membutuhkan lebih dari 27 hari untuk mengorbit Bumi pada jalur elips, yang membawanya dari titik terjauh dari Bumi di apogee, ke pendekatan terdekatnya perigee.
Jarak itu dapat bervariasi antara 406.712 km (apogee) dan 356.445 km (perigee). Ini juga membutuhkan lebih dari 29 hari untuk siklus dari satu Bulan purnama ke berikutnya, yang dapat dilihat sendiri jika mencatat fase Bulan malam demi malam.
Sementara itu, orbit Bumi mengelilingi Matahari membutuhkan waktu 365 hari dan ini berarti dibutuhkan 14 siklus bulan (411 hari), untuk berpindah dari satu Bulan perigee penuh ke Bulan berikutnya.
Orbit bulan berbentuk elips dan dari waktu ke waktu, artinya jarak antara Bumi dan Bulan bervariasi. Diameter Bulan yang terlihat bervariasi di sepanjang orbitnya karena perubahan jarak tersebut.
Apogee adalah ketika Bulan berada paling jauh dari Bumi, dan perigee adalah waktu ketika Bulan berada paling dekat dengan Bumi.
Saat posisinya paling dekat, tampak ukuran Bulan sekitar 34 menit busur, sedangkan pada puncaknya ukuran tampak Bulan sekitar 30 menit busur.
Apogee dan perigee itu sendiri tidak memiliki hubungan dengan fase Bulan, mengingat siklus orbit tidak sinkron dengan siklus fase.
Bulan purnama saat perigee mendapatkan lebih banyak perhatian daripada Bulan purnama biasa, karena tampak lebih besar dan lebih terang dari rata-rata. Oleh karena itu, Bulan purnama ini dikenal dengan istilah populer ‘supermoon’.
Istilah supermoon mengacu pada perigee full moon dan new moon. Namun, karena bulan baru tidak terlihat kita akan berkonsentrasi pada supermoon penuh.
Nama ‘supermoon’ pertama kali diciptakan oleh astrolog Richard Nolle pada 1979. Ia mendefinisikannya sebagai “Bulan baru atau purnama yang terjadi ketika Bulan berada pada (dalam 90 persen dari) pendekatan terdekatnya dengan Bumi dalam orbitnya.
Para astronom lebih memilih istilah Bulan purnama perigee yang lebih tepat, meski mungkin kurang menarik, untuk menggambarkan Bulan purnama yang terjadi ketika pusat Bulan berjarak kurang dari 360.000 km dari pusat Bumi.
Seperti sudah disinggung sebelumnya, astronom juga menyebutnya syzygy Bulan purnama perigee.
Syzygy mengacu pada konfigurasi garis lurus dari tiga atau lebih benda langit dalam sistem gravitasi (dalam hal ini Bumi, Bulan dan Matahari).
Sementara fenomena kebalikannya, adalah apogee syzygy full Moon yang juga dijuluki ‘micromoon’.***
Discussion about this post