Paris – Bentrokan pengunjuk rasa dan petugas kepolisian yang terjadi di Paris Perancis terus berlanjut, hingga membuat banyak fasilitas umum terganggu.
Bahkan, rumah walikota yang berada di pinggiran Kota Paris Perancis pun dikepung dan dibakar massa pengunjuk rasa.
Mereka melakukan aksi protes menyusul penembakan bocah berdarah Aljazair oleh pihak kepolisian.
Dikutip dari Reuters, Minggu 2 Juli 2023 saat aksi pembakaran, istri dan anak Walikota L’Hay-les-Roses, Vincent Jeanbrun tengah terlelap tidur.
Jeanbrun yang berasal dari partai konservatif, Les Republicans mengatakan istri dan salah satu dari dua anaknya berusia 5 dan 7 tahun terluka, saat mereka meninggalkan gedung pada Minggu dinihari.
“Sekitar pukul 01:30 saat saya berada di balaikota seperti dua malam sebelumnya, orang-orang menyerbu rumah saya sebelum menyalakan api untuk membakarnya. Istri dan dua anak saya sedang tertidur,” kata Jeanbrun.
“Ketika berusaha untuk melindungi mereka dan melarikan diri dari penyerangan, istri saya dan salah satu anak saya terluka,” katanya.
Jaksa setempat mengatakan, penyelidikan percobaan pembunuhan tersebut telah dilakukan. Sejauh ini tidak ada tersangka yang ditangkap.
Massa pengunjuk rasa di tengah asap yang membakar sejumlah fasilitas di jalanan Kota Nice Perancis. /dok. AFP*
Diketahui, hingga memasuki hari ke-4, polisi Perancis telah menangkap 1.311 orang, yang terlibat dalam demonstrasi brutal.
Sekitar 4.500 polisi yang diperkuat dengan kendaraan lapis baja terus siaga untuk meredakan serangkaian protes.
Sementara itu New York Times melansir, Menteri Perekonomian Prancis Le Maire menyebutkan, ada 12 mal dan 250 kantor cabang bank dan 200 toko diserang oleh sekelompok pendemo. Mereka membakar dan menghancurkan sejumlah fasilitas.
Le Maire menyatakan, aksi itu tak bisa dimaafkan karena mengganggu perdagangan dan bisnis negara. Perusahaan asuransi pun telah diminta untuk membayar lebih cepat klaim yang diajukan.
Bentrokan itu juga terjadi sampai keluar negeri seperti Guyana France. Pejabat di negara itu menyebutkan, salah seorang pegawai pemerintah telah terbunuh akibat peluru nyasar.
Akibatnya Presiden Perancis Emmanuel Macron memutuskan untuk menunda kunjungan kenegaraan ke Jerman.
Hal tersebut dilakukan karena adanya aksi protes di Perancis yang berkepanjangan. Sebenarnya penundaan itu juga bukanl kali pertama untuk Macron.
Sebelumnya ia juga pernah menunda kunjungan kenegaraannya pada Maret lalu. Saat itu ada aksi protes terhadap rencana perbaikan jaminan pensiun di negara tersebut.
Polisi siaga di sekitar rumah Walikota L’Hay-les-Roses Vincent Jeanbrun yang dibakar massa pengunjuk rasa. /dok. AFP/NASSIM GOMRI*
Pemerintah Perancis mencatat, sekitar1.300 orang ditangkap karena mengacaukan kota. Ratusan mobil terbakar, bangunan dirusak dan sejumlah toko dijarah.
Warga menilai, pihak kepolisian sering bertindak kasar dan mendiskriminasi orang miskin, yang hidup di pinggiran Perancis.
Sejauh ini, pemerintah terus berupaya untuk meredam aksi kekerasan, dengan mengirimkan pasukan kepolisian dan menutup layanan transportasi umum di malam hari.
Bahkan, beberapa kota sudah mulai memberlakukan jam malam. Ada 45.000 petugas yang siaga dengan kendaraan lapis baja untuk mengatasi kerusuhan itu.
Kementerian Dalam Negeri Perancis pun memerintahkan untuk menutup layanan bus dan trem. Acara yang melibatkan banyak orang juga dibatasi. Termasuk perayaan Pride di Marseielle, sebuah konser penyanyi Mylene Farmer di Stade de France. ***
Discussion about this post